Seusai melewati padang cadas di Kab. Tuban (19/10), An dan Mbak Dyah melewati hutan jati yang masih meranggas. Hey, padahal di Semarang sudah musim hujan. Mengapa di kawasan hutan jati ini banyak ditemukan pohon jati yang meranggas, ya? Ataukah mereka sedang bertunas? Sebagian dari pohon ada yang terlihat tunas-tunas hijau, namun ada pula yang masih menggugurkan daunnya.  Jalanan sepi memanjang, angin sepoi-sepoi menerpa wajah kami. Selanjutnya, An meminta Mbak Dyah untuk mengambil objek hutan jati dengan kamera. Klik!

hutan jati @Tuban

hutan jati @Tuban

Langit mendekati senja. Suasana bertambah romantis karena An membayangkan musim gugur di belahan negara sub-tropis. Musim gugur Jepang seperti apa, ya? An masih penasaran dengan tiga musim di negeri sakura itu. Gugur. Semi, Salju. Di sisi lain, An juga bersyukur Indonesia berada di kawasan tropis, di mana ditemukannya hutan jati di sini. An bisa belajar banyak dari pohon jati. Sebelum An berfilosofi tentang pohon jati, An ingin mengenal karakteristik pohon jati lebih dekat.

Pohon Jati (Tectona grandis L.F.) merupakan jenis pohon penghasil kayu yang bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 30-40 m. Daunya besar, akan tetapi akan gugur atau rontok di musim kemarau. Pohon Jati bisa tumbuh di tempat dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun serta suhu 27 – 36 °c baik di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Area yang sangat baik untuk perkembangan jati yaitu tanah dengan ph 4. 5 – 7 serta tidak dibanjiri dengan air. Jati mempunyai daun berupa elips yang lebar serta bisa meraih 30 – 60 cm waktu dewasa. Informasi diambil di sini (http://www.satwa.net/352/pohon-jati.html)

Saat musim kemarau, pohon jati menggugurkan daun (meranggas) dengan tujuan untuk mengurangi penguapan. Seperti kita ketahui bahwa daun jati itu berwarna hijau dan berukuran lebar. Coba bayangin, deh, jika daun-daun hijau pohon jati tidak berguguran saat musim kemarau. Apakah pohon jati bisa bertahan dalam kondisi kekeringan? Padahal, butuh proses yang panjang saat fotosintesis berlangsung di daun. Alhasil, tingkat penguapan pada daun menjadi tinggi. Alhasil, pohon jati memiliki metode untuk mengurangi penguapan dengan menggugurkan daunnya. Kalau An pikir-pikir, pasti begitu sakitnya pohon jati dalam mengurangi anggota tubuhnya satu per-satu. Mau bagaimana lagi, jika meranggas adalah upaya untuk mempertahankan diri di musim kemarau. Selain jati, pohon lain yang meranggas antara lain pohon kedondong, pohon randu, dan pohon para.

“Daun jati biasanya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang amat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, lebih kurang 60-70 cm × 80-100 cm ; namun pada pohon tua berkurang jadi lebih kurang 15 × 20 cm. Berbulu halus serta memiliki rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan serta mengeluarkan getah berwarna merah darah jika diremas. Ranting yang muda berpenampang sisi empat, serta berbonggol di buku-bukunya.”

Sama halnya dengan manusia. Upaya ‘survive’ dalam menghadapi tekanan/ cobaan pasti melalui proses yang sulit. Di tengah cobaan itulah tingkat ‘survive’ seseorang berada dalam masa klimaks jika dihadapi dengan penuh kesabaran. Tak mudah menyerah atas kondisi yang alami. Terus bertahan menghadapi ujian, bahkan harus rela meninggalkan zona nyaman.

Jika musim kemarau terjadi selama enam bulan, maka waktu ujian tubuh pohon jati akan bertahan selama itu. Ujian memang tak terlepas dari proses kesabaran dan pengorbanan. Belajar dari alam (pohon jati), akan membuat diri merasa malu, apabila merasa tak bisa ‘survive’ menghadapi ujian meski dalam waktu singkat. Ingat, Allah sesungguhnya menyembunyikan hikmah atas segala peristiwa.

Sebaliknya, jika kondisi manusia serba kelebihan, apakah ia mudah ‘survive’ saat menghadapi kesulitan? Tentunya ia akan melewati proses yang lebih panjang daripada manusia yang sudah terbiasa dalam serba keterbatasan dan mau ‘survive’ dalam hidupnya.

-Pelajaran Hidup-

An Maharani Bluepen

29 Oktober 2013

About An Maharani Bluepen

Penyuka biru langit dan purnama. Ingin menjadi seorang Ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak :)

8 responses »

  1. Sungguh pelajaran kehidupan yang baik.
    Allah telah memberikan petunjuknya lewat alam.
    Iqra!

  2. Tuti Wartati says:

    yups…suka banget belajar dari alam, tetap survive di tengah badai kehidupan, semoga kita bisa ya ukhti…

  3. Iya ya pohon jati meranggas, tapi kok yang di belakang rumahku ga meranggas. Musim kemarau tetap saja ada daunnya, atau karena kondisi tanah yang masih memungkinkan ada air ya..*tanya sendiri jawab sendiri :p
    Di belakang rumah ada satu pohon jati tinggi menjulang, biasanya selalu ada kawanan burung cucak kutilang 7-8 ekor yang akan hinggap dan kejar-kejaran di sana. Seru! 😀

  4. momtraveler says:

    Selalu ada pelajaran yg bisa diambil dr smua mahluk Allah ya mbak. Moga2 kita diberi kekuatan spt pohon jati dlm menghadapi smua ujian hidup 🙂

Leave a reply to An Maharani Bluepen Cancel reply